Minggu, 27 Agustus 2017

Cerita Dewasa NgeSex Di Ruangan Sauna

Cerita Dewasa - Suatu hari cutiku di Bandung, aku menyempatkan diri untuk fitness, menjaga kondisi badanku. Aku kerja di jakarta, di sebuah event organizer ternama. Hampir setiap dua hari sekali sehabis pulang kerja aku fitness di sebuah hotel, dengan peralatan fitness yang lengkap.


Pekerjaanku membutuhkan vasilitas tinggi. Maka meskipun libur di bandung, atau tepatnya pulang ke kampung halaman, aku tak pernah melewatkan olahragaku. Nama ku Ary, Usiaku 27 tahun dan belum menikah. Tentunya hal ini merupakan keuntunganku untuk bisa menikmati masa bujang lebih lama.

Sebenarnya tujuanku semula iseng, ingin melihat perempuan perempuan sexy berpakaian baju senam yang ketat, tapi akhirnya terasa manfaatnya , otot perutku rata, bisep dan trisepku berbentuk, hingga membuatku percaya diri. Tapi tentunya kegiatanku ngeceng perempuan berpakaian sexy tak pernah kulewatkan. 

Ok, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Asia Afrika. Aku membiasakan tak langsung pulang ke rumahku. Satu hari cutiku, kumanfaatkan untuk menikmati Bandung sendirian, dari pada dengan orang orang rumah. Orang tuaku termasuk old fashion, yang penuh dengan aturan ketat, meskipun ku sadar hal itulah yang dapat membuatku hidup mandiri.

Hari itu masih sore sekitar pukul 16. 30. Setelah aku cek in dan beristirahat sebentar, kumanfaatkan fasilitas fitness gratisku. Aku mulai mengganti bajuku dgn celana pendek dan t shirt tanpa lengan.

Ketika aku memasuki ruang fitness, aku melihat sekeliling, masih agak kosong. Hanya ada beberapa pria di beberapa alat. Hmm, bukan hari keberuntunganku, pikirku sembari berjalan menuju sepeda statis. Ku kayuh sepeda itu sekitar lima menit dan beralih ke beberapa alat lainnya.

Sepuluh menit menjelang pukul lima sore satu , dua perempuan masuk. aku makin semangat menarik beban. Diikuti beberapa perempuan lainnya, yang tentunya berpakaian senam, warna warni, ada yang memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat, short pants dan atasan model sport bra, menambah indahnya pemandangan tempat fitness tersebut.

Beberapa di antara mereka ada yang duduk, ada yang ngobrol, cekikikan dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin mereka mau ber aerobic, pikirku.

Betul saja ketika seorang perempuan berpakaian seperti mereka mask dan mengotak ngatik tape compro, dan terdengarlah suara musik house dengan tempo cepat. Masing masing mereka menyusun barisan dan mulai bergerak mengikuti instruktur. Gerakan demi gerakan mereka ikuti. Masih pemanasan.

Tiba tiba perempuan masuk, sangat cantik di banding mereka, tinggi 165 kira kira, rambut panjang di ikat buntut kuda, memakai pakaian senam bahan lycra mengikat warna krem dengan model tank top dan g string di bokongnya . Bongkahan bokongnya tertutup lycra ketat warna krem lebih muda, sehingga menyerupai warna kulit tangannya yang kuning langsat hingga kaki yang tertutup kaos kaki dan sepatu.

Wow , seksi sekali. Tak sengaja kulihat bagian dadanya karena handul yang menggantung di pundak di taruhnya di kursi dekat dengan alat yang ku pakai tonjolan putingnya terlihat jelas sekali, menghiasi tonjolan indahnya . sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya mencari barisan yang kosong dan mengikuti gerakan indstruktur, dadaku berdegup kencang kencan pada saat dia melirik meskipun hanya sedetik.

Gerakan demi gerakan instruktur di ikutinya, mulai dari gerakan pemanasan hingga gerakan cepat melompat lompat sehingga bongkahan buah dada bergerak turun naik. gagang ku mulai membengkak seiring dengan lincahnya gerakan si dia. Mataku terus tertuju pada si dia. Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm beruntungnya diriku. Hingga akhirnya dia melakukan gerakan pendinginan.

Gerakan demi gerakan instruktur diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan hingga gerakan cepat melompat-lompat sehingga bongkahan buah dada bergerak turun naik. Gagangku mulai membengkak seiring dgn lincahnya gerakan si dia. Mataku terus tertuju pada si dia. Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm betapa beruntungnya diriku. Hingga akhirnya dia melakukan gerakan pendinginan. 

Keringat membasahi bajunya, tercetak jelas di punggung dan dadanya, sehingga tonjolan puting itu terlihat jelas sekali, ketika dia memutar badan ke kiri dan ke kanan. Hingga akhirnya aku dibuat malu. Ketika aku memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku lewat pantulan kaca cermin yg berada di depannya ketika aku mengalihkan pandangang ke kaca. Dia tersenyum kepadaku lewat pantulan cermin. Entah berapa lama dia memandangku sebelum aku sadar dipandangi. Aku
langsung memalingkan muka dan beranjak dari alat yg kupakai.

Aku segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berganti gaya hingga akhirnya balikan ke empat gaya punggung, kepalaku menabrak seseorang dan terjatuh menyelam ke air. Sama-sama kami berbalik dan setelah berbalik ku sadar yg ku tabrak adalah bokongnya si dia yg telah berganti pakaian renang, potongan high
cut di pinggul dgn warna floral biru yg seksi. Kini tonjolan putingnya tersembunyi dibalik cup baju renangnya, membuatku sedikit kecewa.

“Eh, maaf Mbak, nggak kelihatan, habis gaya punggung sih” kataku meminta maaf.

“Nggak kok Mas, aku yg salah, nggak lihat jalur orang berenang”, jawabnya sembari mengusap muka dan rambutnya ke belakang.

Si dia tersenyum kembali ke arahku, sembari lirikan matanya menyapu dari muka hingga bagian pusarku.

“Kenalan dong, aku Aryo, biasa dipanggil Ary”, kataku sembari menyodorkan tangan. Dijabatnya tanganku sembari berkata

”Lingga, lengkapnya MeLingga”, jawabnya. 

Kami menepi ke bibir kolam, sembari mencelupkan diri se batas leher masing-masing. Kami duduk bersampingan.

“Baru disini Mas?”, Lingga mulai lagi membuka pembicaraan.

“Iya, tapi jangan panggil Mas, Ary aja cukup kok. Aku asli Bandung, tapi memang baru kes***** Aku kerja di Jakarta. Kamu Lin?”, ku balik bertanya.

“Aku asli Bandung juga, kerja di bank B**, jadi CS. Deket sini kok, seberangan. Aku biasa aerobic dan renang disini, duahari sekali, yg ada jadwal aerobicnya saja”.

Pembicaraan kami berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yg lebih pribadi. Lingga baru putus dgn pacarnya, kira-kira dua minggu yg lalu. Keluarga pacarnya tak setuju dgn Lingga dan pacarnya dijodohkan dgn orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Lingga bercerita hingga..

“Lin, balapan yuk ke seberang, gaya bebas”, ajakku.

“Hayo, .. siapa takut?”, jawabnya.
Kami berdua berlomba sampai sebrang. Aku sedikit curang dgn mendorong bahunya ke belakang sehingga Lingga sedikit tertinggal. Pada saat aku duluan di seberang..

“Ari, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sembari memukul-mukul tanganku.

Aku tertawa-tawa dan bergerak mundur menjauhi Lingga. Dia mengejarku, sampai akhirnya”Byurr, .”., aku terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol kakiknya hingga diapun terjatuh dan kami berdua tak sengaja berpelukan. Dadanya yg empuk menyentuh dadaku, membuat gagangku kembali membengkak. 

Ketika sama-sama berdiri, kami masih berpelukan meski agak renggang. Kami saling pandang, kemudian Lingga memelukku kembali. Kesempatan ini tak ku sia-siakan dgn balas memeluknya. Udara Bandung yg dingin pada sore yg beranjak malam tersebut, menambah kuatnya pelukan kami. Gagangku yg sedari tadi mengeras menyentuh perut bagian bawahnya Lingga, atau tepatnya diatas
kemaluan Lingga sedikit. Bokong Lingga bergerak mendorong, hingga gagangku
geli terjepit antara perut Lingga dan perutku. Berulang-ulang Lingga melakukan itu,
sehingga darahku berdesir.

“Emhh.”., Lingga bergumam.

Sadar aku berada di tempat umum, meskipun kolam renang agak sepi, hanya ada tiga orang selain kami, membuatku agak sedikit melepaskan pelukan meski
sayang untuk dilakukan.

“Lin, mending kita sauna yuk!”, ajakku menetralkan suasana.

Lingga terlihat agak kecewa dgn sikapku yg sengaja kulakukan.

“Oke!”, jawabnya singkat.

Kami berdua mengambil handuk di kursi pinggir kolam, dan berjalan
bersamaan, menuju ruang sauna yg tak jauh dari kolam renang. Terbayang apa
yg dilakukan Lingga saat di kolam, membuatku menerawang jauh menyusun
rencana dgn Lingga selanjutnya.

“Kosong.”., kataku dalam hati melihat ruang sauna.

Kami berdua masuk, dan aku sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu, sehingga orang lain tak dapat melihat kami beruda lewat jendela kecil pintu sauna.

“Lin.”., belum sempat aku bicara, Lingga menciumku di bibir.

Bibir kami saling berpagut melakukan french kiss. Penetrasi lidah Lingga di mulutku, menunjukkan dia sangat berpengalaman. Tangan Lingga memegang dadaku, kemudian mengusap menyusuri perut hingga sampai pada gagangku yg sudah berdiri dari tadi. Lingga meremas gagangku yg masih terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa kenyal dan kencang sekali buah dada.

Temperatur ruang sauna menambah panasnya hawa disana. Kubalik Lingga membelakangiku. Kuciumi tengkuknya, dan ku remas buah dada

”.Emhh.. Ary.. ahh”,

Lingga melenguh. Ku susupkan tanganku ke buah dada, dari celah baju renangnya. Ku pilih putingnya, dan membuat Lingga sedikit menjerit, dan menggelinjang. Untungnya ruangan sauna kedap suara.

“Ary, aku butuh kamu Ry, .. malam ini saja.. ahh.”., Lingga berbisik di

telingaku, sembari masih kumainkan putingnya.

“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.

Punggung Lingga menjauhi badanku dan berbalik.

“Kamu cek in di s*****.?”, tanyanya dgn muka sedikit gembira.

“Bukannya kamu.”.

“Ya sayangg.”., sembari akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.

Akhirnya kujelaskan alasanku. Satu-satu kami keluar dari ruang sauna. Lingga bergegas ke ruang ganti. Begitupun diriku. Setelah siap, Lingga menenteng tasnya dan kami pun berjalan bersamaan.

Kami berjalan sembari memeluk pinggang masing-masing, layaknya sepasang kekasih yg sudah lama pacaran. Stelah mengambil key card dari recepsionist, kami naik ke kamarku di 304.

Setelah masuk, pintu ditutup, dan langsung kami merebahkan diri di ranjang. Untung ku pilih tempat tidur sharing. Lingga masih memakai baju seragam banknya, lengkap dgn blazer, sepatu hak tinggi dan stocking hitam menggoda. Seksi sekali!

Lingga di bawah sementara aku diatasnya menciumi bibirnya. Sesekali kujilat leher dan telinganya. Lingga meracau memanggil-manggil namaku. Kubuka blazernya.

Dari blouse putih tipis yg masih menempel, terlihat jelas puting berwarna coklat menerawang. Hmm, sengaja tak memakai bra pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku menyapu dua bukit kembarnya yg mengencang.

Rambutku diusapnya sembari dia melenguh dan memanggil namaku berkali-kali.

Sesekali kugigit putingnya. Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Lingga tak memakai

CD lagi. Ku jilat kemaluan Lingga yg masih terhalang stocking. Noda basah di bibir kemaluan tercetak jelas di pantyhosenya. Lingga semakin mecarau dan menggelinjang. Ku gigit sobek bagian yg menutupi kemaluannya yg basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir kemaluan merah merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana. Lingga mengejang hebat, tanda orgasme pertamanya.

“Emhh Arryy.. ahh”, Lingga sedikit berteriak tertahan.

“Makasih sayang.. oh.. benar-benar nikmat..!”.

“Pokoknya ganti stocking ku mahal nih”, Lingga merengek sembari cemberut.

“Oke, tapi puaskan dulu aku Lin, .” jawabku sembari rebahan di ranjang. Lingga kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yg masih menempel itu disingkirkannya. Hingga terpampanglah dua bukit menggantung di atasku. Kemaluan basah Lingga terasa di perutku. Rok yg tersingkap dilepasnya lewat atas. 

Tinggal stocking yg masih menempel, sepatunya pun telah lepas. Lingga kembali menciumiku. Lidahnya menyapu dadaku dan putingku. Sesekali digigitnya, membuatku juga menggelinjang kegelian. 

Kemudian lidahnya menyapu perutku hingga sampai ke gagang kemaluanku yg tegak. Lingga mengocoknya perlahan. Ujung lidahnya menari di lubang kencingku. Rasa hangat itu terasa manakala lidahnya menyapu seluruh permukaan kemaluanku. Seluruh gagang kemaluanku terbenam di mulut Lingga. Sembari dikocok, keluar masuk mulutnya Lingga.

“Ohh..!” aku pun tak luput meracau.

Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong Lingga menjauhi kemaluanku, aku bangun dan berlutut di belakang Lingga.

“Masukkin Ry, Ohh.. arrghh.. Arryy!”, Lingga berteriak seiring dgn masuknya gagang kemaluanku sedikit-demi sedikit lewat celah stocking yg kugigit tadi.

“Bless.”..Bokong Lingga bergerak maju mundur, demikian juga bokongku, saling berlawanan.

“Oh.. ooh.. ahh.. ahh .. Aaahh.. Ary.. yes”, begitulah kalimat tak beraturan meluncur dari mulut Lingga, bersamaan dgn semakin capatnya gerakanku.

Ku remas-remas bongkahan bokong seksinya. Lingga menjilati jari-jarinya sendiri.

“Mmhh.. Aaahh.. mmh.”., desah Lingga yg membuatku semakin bernafsu untuk menggenjot bokongku.

Kemudian kami berganti posisi. Aku berbaring dan Lingga berada di atasku. Lingga mengambil ancang-ancang untuk memasukkan kemaluanku ke dalam kemaluan basahnya. Lingga terlebih dahulu mengusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Aku makin kelojotan dgn perlakuan Lingga. Centi demi centi kemaluanku dilahap kemaluan Lingga.

“Blessh.”., lengkap sudah kemaluanku dilahap kemaluannya.

Lingga bergerak turun naik beraturan. Buah dada bergoyg turun naik pula. Pemandangan indah terebut tak kulewatkan saat badanku bangun, dan wajahku menghampiri buah dada. Kuremas dua gunung kembar yg begoyg mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.

“Errgh.. erghh.. ahh.”., Lingga mendesah tanda menikmati genjotannya sendiri.

Kini kutarik badan Lingga sehingga ikut berbaring di atas badanku. Ku mulai menggenjot bokongku dari bawah. Lingga teridam dan menengadahkan kepalanya, dan sesaat kemudian Lingga berteriak meracau.

“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.

Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yg tiada duanya. 5 menit dgn posisi seperti itu, Lingga mengejang, dan berteriak panjang

”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh.. Ary.. aaihh.”., tanda dia mencapai orgasme.

Terlepas kemaluanku dari kemaluannya tatkala Lingga ambruk di sisiku. Lingga ngos-ngosan kecapean. Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari Lingga.

Kubalik badan penuh keringat yg mengkilat terkena cahaya lampu. Sungguh seksi sekali dia saat itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti stocking hitam yg masih menempel di kakinya yg mulus. Terlihat indah kaki nan putih mulus dari bokong hingga betis. Kujilati lubang anus Lingga, dan membuat dia sedikit mengangkat bokongnya keatas.

“Please.. Ary... Ohh.”., ratapnya ketika mendapat perlakuanku.

Aku tak mempedulikan ratapannya. Justru aku semakin gila dgn perlakuanku, menjilati lubang anusnya dan membuat penetrasi di lubangnya dgn lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Hingga akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Lingga, karena kulihat lubang anus Lingga agak sedikit besar dibanding orang yg belum pernah disodomi.

“Ling, siap ya.”., kataku sembari mengusapkan ludahku di kemaluan yg masih berdiri tegak.

“Apa.., mau apa Ry.. kamu ma.. AAHH, .. Aryy.. Janng.. aahh”, belum selesai Lingga
bicara, aku telah menancapkan kemaluanku di anusnya.. begitu hangat, sempit dan lembut.

Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat. Lingga pasrah,
dan meracau tak karuan.

“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. lin..?, tanyaku sembari menggenjot bokong
Lingga seksi nan aduhai.

“Ohh.. Arriieh.. aagh.. nikmat rii.. ah...”., jawabnya.

10 menit aku memompa gagang kemaluanku di anusnya, terasa cairan air mani
sudah ada di ujung kepala kemaluanku. Buru-buru kutarik keluar kemaluanku,
dan kubalik Lingga menghadapku. Sembari kukocok, air maniku muncrat di muka
Lingga. Lingga yg tak siap menerima air maniku di mukanya, mengelengkan kepala
kiri dan kanan, hingga air maniku membasahi rambut dan pipinya. Hingga
akhrinya mulutnya terbuka, dan sisa semprotan air maniku masuk di mulutnya.

Setelah air maniku habis, dia mengulum kemaluanku. Aku yg masih merasa
geli namun nikmat, semakin menikmati sisa-sisa oragasme panjangku.

“Thank you dear.. Lingga.”., kataku sesaat setelah roboh ke samping Lingga.

“Curang lagi kamu Ry, .. Tau gitu ku minum semuanya.. kasi tau kek mau mucrat
di muka, gitu”, Lingga cemberut menjawabnya.

Aku hanya tersenyum. Tak terasa kami bercinta cukup lama, hingga jam 10 malam.

Akhirnya Lingga memutuskan untuk bermalam di kamarku. Kami masih
melakukannya beberapa kali hingga subuh. Toh, hari itu akhir pekan dan
Lingga memang libur di hari Sabtu. Pertemuan pertama itulah pula yg membuat
kami berpacaran selama 6 bulan hingga akhirnya kami putus. Masih banyak
Lingga yg lain. END

Artikel Terkait

Cerita Dewasa NgeSex Di Ruangan Sauna
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email