Cerita ini terjadi pada tahun 2014, berawal ketika aku pulang kantor kurang lebih pukul 14.00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19.00. Anakku biasanya pulang dengan ibunya pukul 18.30 dari rumah neneknya. Seperti biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis tapi adem, tanpa celana dalam. Pada saat aku keluar kamar, nampak Sumiah sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar teh manis.
Pada saat dia akan memberikan padaku, tiba tiba dia tersandung karpet depan sofa di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membetur keras kemaluanku yang hanya berlangsung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun dan membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak henti hentinya.
Semula aku akan marah, namun melihat wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku berkata, " Sudahlah tidak apa apa, cuman iniku jadi pegel", sambil menunjuk kemaluanku.
"Sum harus gimana pak?" tanyanya lugu.
Aku berdiri sambil berganti kaos oblong, menyahut sambil iseng,
"Ini musti diurut nih!"
" Ya, pakk nanti saya urut, tapi Sum bersihin ini dulu pak!" jawabnya
Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak di sangka sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu,
" Pak, mana pak yang harus Sum urut ?"
Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Sum menghampiri tempat tidur dan duduk.
"Pake rhemason apa balsem pak?" tanyanya.
"Jangan, pake tangan aja, ntar bisa panas!" Jawabku..
Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan lahan, sekoyong koyong kemaluan ku bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.
"Pak, kok jadi besar?" tanyanya kaget.
"Wah itu bengkaknya mesti cepat cepat di urut. Kasih ludah mu aja biar tidak seret", kataku sedikit tegang.
Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.
"Ah.. Kurang banyak", Bisikku bernafsu.
Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung kemaluanku menyentuh bibirnya, "Dimasukin aja kemulut mu, biar tidak cape ngurut dan cepet keluar yang bikin bengkak!" perintahku seenaknya.
Perlahan dia memasukan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluanku kena giginya terus, tapi lama lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali." ahhh...uhhh .. uuuhhh... aaahh..." Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang kepadanya.
"Sum nanti kalau aku keluar, jangan di muntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu" bisikku.
"Hemm emm,, " jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.
Akhirnya kumuncratkan semua air maniku
"Akkhhh... akhkhh... aakkkhh... Summ... Enakkk.. Sum.." pada saat itu aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membingbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya. Setelah aku lemas baru dia melepaskan kulumannya,
"Udah pak ? apa masih sakit pak ?" Tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat. Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya,
"Sum kamu capek ya? apa kamu mau tahu kalau kamu di urut juga kamu bisa seger kayak bapak sekarang!"
"Tidak pak, saya tidak capek. Apa benar sih pak kalo di urut kayak tadi bisa bikin seger?" tanyanya semakin penasaran. Aku hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak membelas. Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana dalam dan Bhnya saja. Tiba tiba dia berkata,
"Pak, Sum malu pak, nanti kalo ibu dateng gimana pak?" tanyanya takut.
"Lhoo ibukan baru pulang jam 6, sekarang baru jam 3 , jadi kita masih bisa bikin seger badan", jawabku penuh nafsu. Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai berdiri lagi. Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, Lalu aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat,
" Buka pelan pelanya, enggak papa kok, aku cuma mau urut punya kamu" kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya , putih , bersih dna sangat sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, cenderung botak.
Dengan ketidak sabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokan lidahku ke dalam, "Akhh.. pak geli .. ahhhh.." Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap, hanya kira kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. "Akhhh .. akhh .. " teriakan panjang di sertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih.
"Gimana Sum,enak ?" tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut.
"Nahh sekarang kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu tidak usah takut!". Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.
Kemudian ku raba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempataan ini tidak kusia siakan, kutancapkan kemaluanku ke liang kenikmatannya dia berteriak kecil, " Auuu sakit pak!" Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, " Aaah .. uuuhh sakit pak" Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukan sambil berkata, " Ini tidak akan lama sakitnya, Nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan di rasain.." tanpa menunggu reaksinya ku tancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair , tapi aku tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Sum.
Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelahitu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaanya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan mencapi klimaks, ketika di mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang "pak teruss.... teruss ahhh ahh ... sum dapet.. enaakkk pakk ahh " mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu, ku pompa dia lebih cepat dan " Sum akh.. akhh.. akhhh" kusemprotkan semua maniku ke dalam liang liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas dia pun lemas.
"Sum aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi ya , terus beresin tempat tidur ini ya " suruhku di tengah kenikmatan yang ku rasakan.
"Ya Pak " Jawabnya singkat sambil mengenakan pakaianya kembali.
Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan berkata,
" Pak kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya pak, biar sum bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin bapak lagi", lalu ngeloyor keluar kamar aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat bercak darah perawah Sum.
Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluanku selalu di kulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu istriku dan anak anak ku belum bangun. TAMAT.
Cerita Dewasa Ngentot Sama Pembantu Yang Lugu
4/
5
Oleh
Hello World