Minggu, 20 Agustus 2017

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Sahabat Ayahku

- Mas Herry, 47 tahun juga cukup dikenal akrab oleh Merry karena dia sering bertandang di rumah sahabatnya ini. Pada penampilan luarnya Mas Herry bertampang simpatik dan malah kelihatan sebagai orang alim, tapi kenapa sampai bisa berhubungan dengan Merry ini awalnya cukup konyol.
Secara kebetulan keduanya saling kepergok di sebuah hotel ketika masing-masing akan melakukan perbuatan iseng. Mas Herry saat itu sedang menggandeng seorang pelacur langganan tetapnya dan Merry saat itu sedang digandeng dr.Angga . Keduanya jelas-jelas bertemu di gang hotel sama-sama tidak bisa mengelak. Tentu saja sama-sama kaget tapi masing-masing cepat bisa bersandiwara pura-pura saling tidak kenal.

Kelanjutan dari itu masing-masing sepakat bertemu dikesempatan tersendiri untuk saling menjelaskan dan membela diri. Bahwa kalau Merry mengaku hubungannya dengan dr.Angga karena kena bujuk diajak beriseng dan cuma dengan laki-laki itu saja, sedang Mas Herry mengaku bahwa dia terpaksa mencari pelarian karena Tante Vera, istrinya, katanya sudah kurang bergairah menjalankan kewajibannya sebagai istri di tempat tidur. Masuk akal bagi Merry karena dilihatnya Tante Vera yang gemuk itu memang lebih sibuk di luar rumah mengurus bisnis berliannya ketimbang mengurus suami dan keluarganya.

Itu sebabnya Asmi, salah satu anaknya juga jadi bebas dan liar di luaran. Dari pertemuan itu masing-masing nampak sama ketakutan kalau rahasianya terbongkar di luaran. Merry takut hubungannya dengan dr.Angga didengar orang tuanya sedang Mas Herry juga lebih takut lagi nama baiknya jadi rusak. Berikutnya karena kadung sudah saling terbuka kartu masing-masing, keduanya yang berusaha agar saling menutup mulut jangan membuka rahasia ini justru menemukan cara tersendiri yaitu dengan membuat hubungan gelap satu sama lain. Ide ini terlontar oleh Mas Herry yang coba merayu Merry ternyata diterima baik oleh Merry.

Singkat cerita kesepakatan pun tercapai, cuma ketika menjelang janji bertemu di suatu tempat di mana Mas Herry akan menjemput dan membawa Merry ke hotel, Merry meskipun melihat tidak ada salahnya mencoba iseng dengan Mas Herry tidak urung berdebar juga jantungnya. Tegang karena partner kali ini hubungannya terkait dekat. Sekali meleset dan terbongkar bisa fatal urusan malunya. Begitu juga waktu sudah semobil di sebelah Mas Herry , sempat kikuk malu dia dengan laki-laki yang ayah sahabatnya ini. Pasalnya Mas Herry yang sebenarnya juga sama tegang karena kali ini yang dibawa adalah teman dekat anak gadisnya, dia hampir tidak ada suaranya dan pura-pura sibuk menyetir mobilnya sehingga Merry didiamkan begini jadi salah tingkah menghadapinya.

Tapi waktu sudah masuk kamar hotel dan mengawali dengan duduk ngobrol dulu merapat di sofa, di situ mulai ke luar keluwesan Mas Herry dalam bercumbu. Merry pun mulai lincah seperti biasa pembawaannya kalau sedang menghadapi dr.Angga . Genit manja jinak-jinak merpati membuat si Mas  tambah penasaran terangsang kepadanya. Waktu itu dengan mesra Mas Herry menawarkan makan pada Merry tapi ditolak karena masih merasa kenyang. “Aku minta rokoknya Mas .. Merry  pengen ngerokok.” pinta Merry sebagai alternatif tawaran Mas Herry . “Oh ngerokok juga? Iya ada, mari Mas  yang pasangin.

“Mas nggak tau kalo Merry  juga ngerokok.” “Cuma sekali-sekali aja, abis deg-degan pergi sama Mas  ke sini.” jelas Merry menunjukan kepolosannya. “Kok sama, Mas juga sempat tegang waktu bawa Merry di mobil tadi, takut kalo ada yang ngeliat.” Masing-masing sama mengakui apa yang dirasakan selama dalam perjalanan. Merry mulai menggoda Mas Herry . “Masa udah tegang duluan, kan belum apa-apa Mas ?” godanya dengan genit. “Oo yang itu memang belum, tapi jantungnya yang tegang.” jawab Mas Herry setelah membakar sebatang rokok buat Merry yang sudah langsung menjulurkan tangannya, tapi masih belum diberikan oleh Mas Herry.

“Mana, katanya mau pasangin buat Merry ?” “Sebentar, sebelum ngerokok bibirnya Mas musti cium dulu..” Menutup kalimatnya Mas Herry langsung menyerobot bibir Merry memberinya satu ciuman bernafsu, dibiarkan saja oleh Merry hanya setelah itu dia menggigit bibir malu-malu manja menyandarkan kepalanya di dada Mas Herry sambil menyelingi dengan merokok yang sudah diterimanya dari Mas Herry . Melihat ini Mas Herry semakin berlanjut. “Bajunya basah keringetan nih, Mas bukain ya biar nggak kusut?” katanya menawarkan tapi sambil tangannya yang memeluk dari belakang mulai mencoba melepas kancing baju Merry.

Lagi-lagi Merry tidak menolak. Dengan gaya acuh tak acuh sibuk mengisap rokoknya, dia membiarkan Mas Herry bekerja sendiri malah dibantu menegakkan duduknya agar kemejanya dapat diloloskan dari lengannya membuat dia tinggal mengenakan kutang saja. Merry memang sudah terbiasa bertelanjang di depan lelaki, jadi santai saja sikapnya. Tetapi ketika tangan Mas Herry  menyambung membuka reitsleting belakang rok jeans-nya dan dari situ akan meloloskan rok berikut celana dalamnya, baru sampai di pinggul Merry menggelinjang manja. “Ngg.. masak aku ditelanjangin sendiri, Mas juga buka dulu bajunya?”

“Iya, iya, Mas juga buka baju Mas ..” Segera Mas Herry melucuti bajunya satu persatu sementara Merry bergeser duduknya ke sebelah. Berhenti dengan hanya menyisakan celana dalamnya, dia pun beralih untuk meneruskan usahanya melepas rok Merry. Sekarang baru dituruti tapi juga sama menyisakan celana dalamnya. Tentu saja Mas Herry mengerti bahwa Merry masih malu-malu, dia tidak memaksa dan kembali menarik Merry bersandar dalam pelukan di dadanya. Di situ dia mulai dengan mengecup pipi Merry sambil mengusap-usap pinggang bergerak meremas lembut masing-masing pangkal bawah susu si gadis yang masih tertutup kutangnya.

“Merry kurus ya Mas ?” tanya Merry sekedar menghilangkan salah tingkah karena susunya mulai digerayangi Mas Herry . “Ah nggak, kamu malah bodimu bagus sekali Sin.” jawab Mas Herry  memuji Merry apa adanya karena memang tubuh gadis ini betul-betul berlekuk indah menggiurkan. “Tapi Mas kan senengnya sama yang mantep, yang hari itu Merry liat ceweknya montok banget..” “Iya tapi orangnya jelek, udah tua. Abisnya nggak ada lagi sih? Maunya nyari yang cakep kayak Merry gini. Kalo ini baru asyik..” rayu Mas Herry sambil kali ini mencoba untuk membuka pengait bra Merry yang kebetulan terletak di bagian depan. “Mas sih ngerayu. Buktinya belon apa-apa udah bilang asyik duluan?”

“Justru karena yakin maka Mas berani bilang gitu. Coba aja pikir, ngapain Mas sampe berani ngajak Merry padahal jelas-jelas udah tau temen baiknya Asmi, ya nggak? Kalo bukan lantaran tau kapan lagi dapet asyik ditemenin cewek secakep Merry , tentu Mas nggak akan nekat gini. Udah lama Mas  seneng ngeliat kamu Sin.” Merry kena dipuji rayuan yang memang masuk akal ini kontan bersinar-sinar bangga di wajahnya. Perempuan kalau terbidik kelemahannya langsung jadi murah hati, segera mandah saja dia membiarkan kutangnya dilepas sekaligus memberikan kedua susu telanjangnya yang berukuran sedang membulat kenyal mulai diremas tangan Mas Herry. “Emangnya, Mas seneng sama Merry sejak kapan? Kayaknya sih Merry liat biasa-biasa aja?”

“Dari Merry mulai dateng-dateng ke rumah Mas udah ketarik sama cantiknya, cuma masak musti pamer terang-terangan? Tiap kali ngeliat rasanya gemeesss sama kamu..” bicaranya menyebut begitu sambil secara tidak sengaja memilin puting susu di tangannya membuat si gadis lagi-lagi menggelinjang manja. “Aaa.. gemes mau diapain Mas ?!” “Gemes mau dipeluk-pelukin gini, dicium-ciumin gini, atau juga diremes-remesin gini.. sshmmm..” jawab Mas Herry dengan memperlihatkan contoh cara dia mendekap erat, mengecup pipi dan meremas susu Merry . “Terusnya apalagi?” “Terusnya yang terakhir ininya.. Apa sih namaya ini?” tanya canda Mas Herry yang sebelah tangannya sudah diturunkan ke selangkangan Merry , langsung meremas bukit vagina yang menggembung dan merangsang itu.

“Itu bilangnya.. memek.” jawab Merry dengan menoleh ke belakang sambil menggigit kecil bibir Mas Herry . Bahasanya vulgar tapi Mas Herry malah senang mendengarnya. “Iya, kalau memek Merry  ini dimasukin Mas punya, boleh kan?” “Dimasukin apa Mas ..?” “Ini, apa ya bilangnya?” tanya lagi Mas Herry dengan mengambil sebelah tangan Merry meletakkan di jendulan penisnya. “Aaa.. ini kan bilangnya kontol.. Dimasukin ini bahaya, kalo hamil malah ketauan orang-orang Mas ?” Merry  bergaya pura-pura takut tapi tangannya malah meremas-remas jendulan penis itu. “Jangan ambil bahayanya, ambil enaknya aja.

Nanti Mas beliin pil pencegah hamilnya.” “Tapinya sakit nggak?” tanya Merry sambil mematikan rokoknya ke asbak. “Kalo udah dicoba malah enak. Yuk kita pindah ke tempat tidur?” Mas Herry  mengajak tapi sambil membopong Merry pindah ke tempat tidur untuk masuk di babak permainan cinta. Di sini Merry mulai memasrahkan diri ketika tubuhnya mulai digeluti kecup cium dan raba gemas yang menaikan birahi nafsunya. Merry sudah pernah begini dengan dr.Angga , caranya hampir sama dan dia senang digeluti laki-laki yang sudah berumur seperti ini. Karena mereka bukan hanya lebih pengalaman tapi juga lebih teliti jika mengecapi tubuh perempuan, apalagi gadis remaja seperti dia.

Asyik rasanya menggeliat-geliat, merengek-rengek manja diserbu rangsangan bernafsu yang bertubi-tubi di sekujur tubuhnya. “Ahahhggg.. gellii Mas .. Sshh.. iihh.. Mas sakit gitu.. sssh.. hnggg..” Mengerang antara geli dan perih tapi dengan tertawa-tawa senang, yang begini justru memancing si Mas makin menjadi-jadi. Mas Herry yang nampaknya baru kali ini bergelut dengan seorang gadis remaja cantik tentu saja terangsang hebat, hanya saja dia sayang untuk terburu-buru dan masih senang untuk mengecapi sepuas-puasnya tubuh mulus indah yang dagingnya masih padat kencang ini. Dari semula saja dia sudah nekat melupakan bagaimana status hubungannya dengan Merry  apalagi setelah dilanda nafsu tinggi seperti ini.

Anak gadis teman baiknya dan sekaligus sahabat anaknya ini begitu merangsang gairahnya membuat dia jadi terlupa segala-galanya. Merry yang sudah memberi celana dalamnya diloloskan jadi telanjang bulat sudah rata seputar tubuhnya dijilati dengan rakus. Diberi bagian susunya dihisap saja sudah membuat Mas Herry buntu dalam asyik. Sibuk mulutnya menyedot berpindah-pindah diantara kedua puncak bukit yang membulat kenyal lagi pas besarnya itu, lebih-lebih waktu Merry di bagian terakhir memberikan vaginanya dikecapi mulutnya. Jangan bilang lagi, seperti anjing kelaparan dia menyosor menjilat dan menyedot celah merangsang itu sampai tidak peduli tingkatan kesopanan lagi.

Sahabat anak gadisnya yang biasanya hormat sopan kalau datang ke rumahnya, sekarang santai saja menjambak rambutnya atau mendekap kepalanya mempermainkan seperti bola kalau sosoran mulut rakusnya membuat geli yang terlalu menyengat. “Ssshh.. aahnggg.. geliii.. Mas ..” Mas Herry seru memuasi rasa mulutnya yang tentu saja membuat Merry terangsang tinggi dalam tuntutan birahinya, tapi begitu pun jalan pelepasan yang diberikan si Mas betul-betul memuaskan sekali. Pada gilirannya Mas Herry merasa cukup dan menyambung untuk mengecap nikmatnya jepitan ketat vagina muda si gadis, di sinilah baru terasa asyiknya penis ayah sahabatnya. Sewaktu partama dimasuki, Merry  masih memejamkan mata, dia baru tersadar ketika batang itu sudah setengah terendam di vaginanya. Agak ketat sedikit rasanya.

Membuka mata melirik ke bawah, dia langsung bisa mengira-ngira seberapa besar batang itu. “Aahshh..” dia mengerang dengan gemetar kerinduan nafsunya hanya saja tangannya mengerem pinggul Mas Herry agar tidak sekaligus tancap masuk. Meskipun tidak diutarakan Merry lewat kata-kata tapi Mas Herry mengerti maksudnya. Dia meredam sedikit emosinya dan menusuk sambil membor penisnya lebih kalem. Di situ batang penis ditahan terendam sebentar untuk membawa dulu tubuhnya turun menghimpit Merry lalu dari situ dia berlanjut membor sambil mulai memompa pelan naik turun pantatnya.

Untuk beberapa saat masuknya batang diterima Merry masih agak tegang, tapi ketika terasa mulai licin dan sudah mulai bisa menyesuaikan dengan ukuran Mas Herry . Dia pun mulai meresapi nikmatnya batang Mas Herry . “Wihhh.. ennaak sekalii!” begitu ketat dan begitu mantap gesekannya membuat Merry langsung terbuai dengan nikmat sanggama yang baru dibukanya dengan batang kenikmatan Mas Herry . Saking asyiknya kedua tangan dan kakinya naik mencapit tubuh Mas Herry seolah-olah menjaga agar kenikmatan ini tidak dicabut lepas sementara dia sendiri mulai ikut aktif mengimbangi kocokan penis dengan putaran vaginanya yang mengocok.

Disambut kehangatan begini Mas Herry tambah bersemangat memompa, semakin lebih terangsang dia karena Merry meskipun tidak bersuara tapi gayanya hangat meliuk-liuk setengah histeris. Bergerak terus dengan tangan menggaruk kepala Mas Herry , kakinya yang membelit tidak ubahnya bagai akan memanjat tubuh si Mas . Kelihatan repot sekali gerak sanggamanya yang seperti tidak bisa diam itu, apalagi ketika menjelang sampai ke puncak permainan, tambah tidak beraturan Merry menggeliat-geliat. Sementara itu si Mas yang sudah serius tegang juga hampir mencapai ejakulasinya. Beberapa saat kemudian keduanya tiba dalam orgasme secara bersamaan.

Merry yang mulai duluan dengan memperketat belitannya. “Aduuhh.. ayyuhh.. Mas .. shh.. ahgh.. iyya.. duhh.. aahhh.. hgh.. aaahh.. aeh.. ahduhh.. sshhh Mas .. hheehh.. mmhg.. ayoh.. Sin..” saling bertimpa kedua suara masing-masing mengajak untuk melepas seluruh kepuasan dengan sentakan-sentakan erotis. Sama-sama mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dalam jumpa pertama ini, sehingga ketika mereda keduanya pun menutup dengan saling mengecup mesra, gemas-gemas sayang tanda senangnya. Begitu nafas mulai tenang, Merry memberi isyarat menolak tubuh Mas Herry  meminta lepas, tapi sementara si Mas berguling terlentang di sebelah, dia sudah mengejar, memeluk dengan memegang batangnya dan merebahkan kepalanya di dada Mas Herry.

Meremas-remas gemas sambil memandangi batang yang masih mengkilap lengket itu. “Bandel nihh.. maen nyodok aja?” komentar Merry sambil menarik penis Mas Herry . “Abis kamunya juga bikin penasaran aja sih?” balas Mas Herry dengan tangannya merangkul leher bermain lagi di susu Merry . “Mas seneng ya sama aku?” “Oo.. jelas suka sekali Sayaang.. Abis, kamu memang cantik, memeknya juga enak sekali..” kali ini dagu Merry diangkat, bibirnya digigit gemas oleh Mas Herry. Merry  langsung bersinar bangga dengan pujian itu. Itu pembukaan hubungan gelap mereka yang sejak itu berlangsung secara sembunyi-sembunyi dengan jadwal rutin karena masing-masing seperti merasa ketagihan satu sama lain.

Mas Herry jelas senang dengan teman kencan yang cantik menggiurkan ini. Permainan selalu memilih tempat di hotel di luar kota tapi sekali pernah Merry mendapat pengalaman yang unik serta konyol di rumah Mas Herry sendiri. Suatu hari Tante Vera sedang berbisnis ke luar kota ketika Merry datang bertandang siang itu untuk menemui Asmi. Kedua gadis itu memang membuat janji akan jalan-jalan ke mall sore nanti tapi karena waktunya masih jauh, Asmi mempergunakannya untuk keluar rumah sebentar. Mas Herry yang membuka pintu dan dia sendiri ketika melihat ada peluang yang baik langsung memanfaatkannya, karena begitu Merry masuk sudah disambut dengan telunjuk di bibir memaksudkan agar Merry tidak bersuara.

Merry sempat heran tapi ketika digandeng ke kamar Mas Herry dia kaget juga, segera mengerti tujuannya. “Iddihh Mas nekat.. nanti ketauan Mas .. Asmi memangnya ke mana?” katanya tapi dengan nada berbisik panik. “Sst tenang aja.. Kita aman, Asmi lagi pergi sebentar, Tante lagi keluar kota sedang Hari lagi tidur..” jelas Mas Herry . Hari adalah adik laki-laki Asmi yang duduk di kelas III SMP. Masih ada seorang lagi adik Asmi bernama Hendi yang duduk di kelas I SMA tapi dia tinggal dengan neneknya di Malang. “Iya tapi gimana kalo Asmi dateng Mas ?” “Kan nggak ada yang tau kalau Merry udah di sini.

Mereka nggak bakalan berani masuk kamar Mas . Acaramu kan Mas denger masih nanti malem, kita bikin sebentar di sini yaa?” “Tapi Mas .?” “Udahlah di sini aja dulu, Mas mau ke luar sebentar. Tuch denger, kayaknya Hari udah bangun. Nih, Mas tebus waktumu untuk jajan-jajan sama Asmi nanti,” kata Mas Herry langsung memotong protes Merry dengan mengulurkan sejumlah uang yang cepat diambilnya dari dompetnya untuk membujuk Merry . Setelah itu segera dia keluar kamar meninggalkan Merry yang karena merasa sudah terjebak terpaksa tidak berani keluar takut kepergok Hari.

Melirik uang yang digenggamnya sepeninggal Mas Herry , hati Merry menjadi lunak lagi karena si Mas memang pintar mengambil hati dan selalu royal memberi jumlah yang cukup menghibur. Meskipun begitu dia menguping dari balik pintu mendengarkan situasi di luar dengan hati berdebar tegang. “Pak, barusan kayaknya ada yang dateng kedengeran pintu kebuka?” terdengar suara Hari menanyai ayahnya. “Ah nggak ada siapa-siapa kok, barusan memang Bapak yang buka pintu.” Baru saja sampai percakapan ini, tiba-tiba terdengar suara motor Asmi memasuki pekarangan. Tidak lama kemudian dia masuk ke rumah dan terdengar menanyai adiknya.

“Har, barusan Mbak Merry singgah ke sini nggak?” “Nggak tau, aku juga baru bangun..” “Oh ya? Padahal Mbak Asmi singgah barusan ke rumahnya, Mamahnya bilangnya ke sini?” “Ya mungkin aja Merry tadi ke sini tapi ngira kamu nggak ada, jadi pergi ke tempat lain dulu.” kali ini Mas Herry ikut menimbrung pembicaraan. “Iya tapi aku ada janji sama dia nanti sore-sorean.” “Oo.. kalo gitu paling-paling sebentar juga ke sini.” putus Mas Herry menghibur anaknya. Hening sebentar dan tidak lama kemudian terdengar suara Mas Herry memesan kedua anaknya agar jangan ada tamu atau telepon yang mengganggunya karena dia beralasan agak tidak enak badan dan akan tidur siang.

Sesaat setelah itu dia pun masuk disambut Merry yang bersembunyi di balik pintu langsung mencubit gemas lengannya tapi tidak bersuara, geli dengan sandiwara yang barusan didengarnya. Mas  Herry tersenyum dan menggayut pinggang Merry, menggandengnya ke tempat tidur. Merry menurut karena tahu kalau menolak maka Mas Herry akan membujuknya terus, daripada berlama-lama lebih baik memberi saja agar waktunya lebih cepat selesai. Langsung diikutinya ajakan Mas Herry untuk membuka bajunya, hanya saja masih bingung jika permainan telah usai.

“Tapi nanti aku ke luar dari sininya gimana Mas ..?” tanyanya sambil menyampirkan celana dalamnya sebagai kain penutup terakhirnya yang dilepas. “Gampang, Mas pura-pura aja nyuruh mereka berdua keluar beli makanan, di situ Merry bisa aman keluar dari sini.” “Ngg.. Mas bisa aja akalnya..” Merry sedikit lega. “Mas kalo mikirin yang itu sih gampang. Sekarang yang Mas pikirin justru ngeluarin isinya barang ini yang enak gimana caranya.” timpal Mas Herry seraya mendekatkan tubuhnya yang sudah sama bertelanjang bulat dan mengambil tangan Merry untuk diletakkan di batang penisnya yang masih menggantung lemas.

Merry malu-malu manja tapi tangannya langsung menangkap batang itu, menarik-narik, melocoknya dengan genggaman kedua tangannya sambil memandangi benda itu. “Yang enak tuh kayak apa sih?” godanya mulai bersikap manja-manja genit. “Yang enaknya.. ya jelas pake ini Sin.” jawab Mas Herry balas menjulurkan tangannya meremas selangkangan Merry . “Iddihh si Mas .. pengennya yang itu aja?” Merry pura-pura jual mahal. “Abisnya barang enak, jelas kepengen Sin..” kata Mas Herry  sambil mulai mengajak Merry berciuman. Merry memang memberi bibirnya tapi dia masih kelihatan setengah hati untuk balas melumat hangat, terlebih ketika akan diajak naik tempat tidur dia seperti merasa berat.

“Nggak enak ah Mas , sungkan aku itu tempat tidurnya Tante..” katanya mengutarakan perasaannya yang tidak enak untuk bermain cinta di tempat tidur keluarga itu. Mas Herry rupanya bisa mengerti perasaan Merry , dia tidak memaksa tapi menoleh sekeliling sebentar dan cepat saja menemukan cara yang lain. “Ya udah kalo gitu kita bikin sambil berdiri aja. Sini Mas yang atur, ya?” katanya sambil membawa Merry ke arah kaki tempat tidur dan menyandarkan tubuh Merry di palang-palang besi tempat tidur itu. Mas Herry memakai tempat tidur mahal tapi model kuno yang terbuat dari besi lengkap dengan tiang-tiang penyangga kelambunya.

Di situ pantat Merry disandarkan di pagar bawah tempat tidur yang tingginya pas menyangga pantatnya, sedang kedua tangannya diatur Mas Herry melingkar di sepanjang besi melintang di antara dua tiang kelambu bagian kaki tempat tidur yang tingginya setinggi punggung, sedemikian rupa sehingga tubuhnya tersandar menggelantung di besi melintang itu hampir pada masing-masing ketiak Merry . Suatu posisi yang unik untuk bersanggama dalam gaya berdiri karena setelah itu Mas Herry mengambil dua ikat pinggang terbuat dari kain, lalu mengikat masing-masing lengan Merry pada besi melintang itu. Merry menurut saja memandangi geli sambil menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan Mas Herry.

Berikutnya barulah Mas Herry mulai merangsang dengan menciumi dan menggerayangi sekujur tubuh Merry dari mulai atas hingga ke bawah. Berawal mengerjai kedua susu Merry dengan remasan dan kecap mulutnya dan kemudian berakhir mengkonsentrasikan permainan mulut itu di selangkangannya, membuat Merry yang semula setengah hati mulai naik terangsang. Malah terasa cepat karena posisi kedua tangannya tidak bisa ikut membalas ini menimbulkan daya rangsang yang luar biasa. Apalagi ketika mulut Mas Herry mulai memberi rasa geli-geli enak di vagina yang tidak bisa ditolak kepalanya kalau geli terlalu menyengat.

Begitu tengah sedang asyik-asyiknya permainan pembukaan ini, di teras depan Asmi terdengar mengalunkan suaranya berduet mengiringi Hari dalam permainan gitarnya. Konyol memang buat Asmi, sahabat yang sedang ditunggu-tunggu untuk janji pergi bersama, ternyata sudah sejak tadi ada di dalam kamar rumahnya sendiri, sedang meliuk-liuk keenakan saat vaginanya dikerjai mulut ayahnya, malah sudah tidak tahan rangsangan gelinya yang menuntut untuk lebih terpuaskan lewat garukan mantap penis ayah Asmi sendiri. “Ayyohh Mas .. janggan lama-lama.. masukkin dulu Mas punnyaa..” bahkan rintih Merry sudah meminta Mas Herry segera mulai bersenggama. Mas Herry  tidak menunggu lebih lama.

Dia segera bangun dan membawa penisnya yang setengah menegang menempel di celah vagina Merry . Membasahi dulu dengan ludahnya, menggosok-gosokan ujung kepala bulatnya di klitoris Merry agar menjadi lebih kencang lagi, baru setelah itu mulai diusahakan masuk ke dalam lubang vagina di depannya. Merry menyambut seolah tidak sabaran, menjinjitkan kakinya untuk mengangkangkan pahanya selebar yang bisa dilakukannya tanpa bisa membantu dengan tangannya. Dia terpaksa menunggu Mas Herry bekerja sendiri menguakkan bibir vagina dengan jari-jarinya agar bisa menyesapkan kepala penisnya terjepit lebih dahulu, baru kemudian ditekan membor masuk.

Meningkat kemudian lagu-lagu cinta Asmi yang berduet dengan Hari mengalun romantis, ini senada dengan Merry yang saat itu juga sedang merintih lirih, mengalunkan tembang nikmat ketika vaginanya mulai disodok dan digesek ke luar masuk penis tegang Mas Herry. “Ngghh.. Mas .. Sssh.. hhshh.. ngghdduuh.. sshsmm.. hdduhh Mas .. ennakk.. sshhh.. mmmh.. heehhs.. adduhh..” mengaduh-aduh rintih suaranya tapi bukan kesakitan melainkan sedang larut dalam nikmat. Kalau tadi Merry  masih setengah hati untuk melayani nafsu Mas Herry , sekarang dia juga ikut merasa keenakan, karena bermain dalam variasi posisi berdiri ini terasa santai dan mengasyikan sekali baginya.

Tidak repot menahan tubuhnya tetap berdiri karena bisa menggelantung dengan kedua lengannya, sambil menerima tambahan enak tangan Mas Herry yang meremas-remas kedua susunya, memilin-milin geli putingnya, dia juga bisa ikut mengimbangi sodokan penis ini dengan kocokan vaginanya. Malah tidak berlama-lama lagi, ketika Mas Herry sudah serius tegang akan tiba dipuncaknya Merry pun mengisyaratkan tiba secara bersamaan. “Aduuhh.. Mas .. ayoo.. sshh.. duh Merry mau keluarr.. sssh.. hhgh.. Mas ..” desah Merry tertahan. “Aduhhssh.. Iya ayoo Sin.. Mas juga sama-samaa.. aahghh..” segera mengejang Merry menyentak-nyentak ketika orgasme diikuti Mas Herry tiba di ejakulasinya.

Permainan pun usai dengan kepuasan sebagaimana biasa yang didapati keduanya setiap mengakhiri jumpa cinta mereka. END
Klik Disini Nonton Streaming Bokep Terupdate 2017

Artikel Terkait

Cerita Dewasa Ngentot Dengan Sahabat Ayahku
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email