Senin, 31 Juli 2017

Cerita Dewasa Aku Di Service Dua Cewek

, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Sex Dewasa Terbaru, Kumpulan Cerita Sex Dewasa
 Hallo say kamu makan kok gak ngajak ngajak aku sih

“Lho emangnya kamu tau kalau aku sedang makan dari mana say”

“lha sekarang aku dibelakangmu nih, hehehe”

Aku menoleh dan Mbak Rani melambaikan tangan. Mbak Rani memakai kebaya dan rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai dengan model shaggy.

“Apa kabar Mbak.?” sambil mencium pipinya.

“Aku baik Della, kamu ngapain disini?” Mbak Rani menggandeng tanganku dan menarik aku kesudut ruangan.

“Sepupu teman kawin, terus aku dimintain tolong jadi panitia. Mbak Rani ngapain disini? sendirian?”

“Undangannya buat suamiku tapi dia lagi ke luar negeri, jadi aku wakilin dia deh. Aku nggak sendirian, kan ada kamu,” sambil tersenyum manis dan menyalakan rokoknya.

“Yee. Naik apa Mbak?”

“Naik mobil dong, masa naik becak.”

“He.. he.. aku juga tahu kalau itu.”

“Kamu pulang sama siapa Della ?”

“Aku pulang sendiri aja, habis makan aku ganti baju terus pulang kali. Capek banget dari siang aku sudah disini.”

“Kamu balik bareng aku aja ya Della . Nanti kalau sudah selesai ganti baju, aku tunggu di mobil ya.”

Aku mengangguk lalu berganti baju memakai celana pendek, t-shirt dan sepatu kets sementara celana panjang dan lainnya aku letakkan di ranselku. Aku menuju tempat parkir dan masuk ke mobil Mbak Rani.

Aku duduk di sebelah kiri, Mbak Rani mengemudikan mobilnya keluar dari gedung.
Mbak Rani mengemudikan mobil menuju ke arah rumahnya di bilangan Permata Hijau, dan memasukkan mobilnya langsung ke dalam garasi rumahnya.

“Katanya mau anterin aku pulang, kok aku diculik ke sini sih?”

“Kamu temanin aku ya malem ini, aku bete nih sendirian di rumah”

“Terserah Mbak aja deh.”

“Nah gitu dong, masuk yuk Della .”

Mbak Rani mengajak aku masuk dan mempersilahkan duduk diruang keluarga. Di ruang itu terdapat sofa besar dan TV berukuran besar lengkap dengan sound systemnya. Mbak Rani memanggil Bi Inah pembantunya dan menyuruhnya untuk membuatkan minum. Aku memang sudah mengenal semua anggota rumah Mbak Rani termasuk supir dan pembantunya, karena mantan pacarku dulu pernah bekerja menjadi asisten pribadi Mbak Rani.

“Makasih ya Bi, apa kabar?”

“Baik Kak Della , silahkan minum lho.”

“Minum gih, aku ganti baju dulu ya Della .”

“Oke Mbak.”

Aku menyalakan TV dan menonton film sex and the city di Trans TV, Mbak Rani menganti bajunya dengan celana pendek dan kaos lengan dan rambutnya diikat pony tail. Mbak Rani duduk disebelahku dan menyalakan rokok. Aku terus memperhatikan Mbak Rani.

“Kenapa sih kamu koq lihatin aku terus?”

“Mbak cakep sih.”

“Ngerayu nih atau ngeledek?” sambil mencubit pahaku.

“He.. he.. he.. Dua duanya donk.” sambil kupeluk pundaknya.

Mbak Rani menggeser posisi duduknya sehingga tubuhnya bersandar di tubuhku sementara tanganku memeluk pinggangnya dari belakang. Sesekali aku meraba payudaranya dan mencium lehernya. Aku terus mencium leher dan telinganya.

“Sss.. Mmm.. Della .. Mmm.. Mph.. Mph..” sambil aku terus meraba dan meremas payudaranya.

Mbak Rani mematikan rokok lalu memutar tubuhnya dan aku mencium Bibirnya. Aku dan Mbak Rani berciuman dan saling memainkan lidah. Mbak Rani mulai mengelus penisku dan memasukkan tangannya ke dalam celanaku. Aku membuka bajunya dan meremas remas payudaranya.

“Ouh.. Della .. Remes tetekku say.. Remes sayang.. Della buka celana kamu dong.” sambil tangannya mengocok dan mengelus batang penisku.

“Mmmpphh.. Ssshh.. Ouh.. Ouh.. Mbak aja deh yang buka.”

Mbak Rani kemudian menarik turun celana pendek dan celana dalamku, Mbak Rani menunduk dan menjilati serta menghisap batang penisku yang sudah tegang.

“Aahh.. Mbak.. Isep penisku Mbak.. Ssshh.. Ouh enak banget.. Ouh mmpphh.. Mmpphh.. Yes.. Ouh.. Uh. Aahh..”

Mbak Rani terus menjilati batang penisku dan memainkan lidahnya diseluruh batang penisku juga urat dibalik kepala penisku. Aku membuka baju serta BH dan menarik turun celananya berikut celana dalamnya. Aku meraba vaginanya dan menusukan jariku ke dalam vaginanya.

“Oouuhh.. Della .. Yes.. terus say. terus. Ouh ouh.. Yess. Yess. Fuck me.. Fuck me.. Cepet say.. Gerakin jari kamu yang cepet.. Yes.. Ouh. Ouh.. Yeess..”

Aku semakin cepat mengocok dan memainkan jariku didalam vaginanya, tak lama kemudian tanganku terasa basah dan vagina Mbak Rani terasa menjepit dan tangannya mencengkeram pahaku serta Mbak Rani mencium dan menggigit Bibirku.

“Mmmpphh.. Mmpphh.. Yyyeess.. Aku keluar sayangg.. Yyeess” Mbak Rani setengah menjerit tertahan.

Mbak Rani melanjutkan aksi mulutnya di penisku yang sempat tertunda sebentar, tangannya terus mengocok dan memijat naik turun batang penisku.

“Aaahh.. Mbaakk.. Euh euh.. Yess.. Euh.. Ahh.. Aku mau keluar..” tubuhku menegang dan air maniku tumpah didalam mulut Mbak Rani dan belepotan di tangannya, Mbak Rani terus menjilati dan menghisap sisa sisa air maniku yang masih menetes dari penisku.

Aku memeluk Mbak Rani dan mencium Bibirnya lalu kurebahkan Mbak Rani diatas sofa langsung saja aku menjilati vaginanya dan menghisap klitorisnya.

“Oouuhh.. Della . Yes.. Jilat terus say.. Jilat vaginaku. Aahh. Ouh ouh.. Yes. Masukin Della .. Masukin sayang.. Aku sudah nggak tahan nih..”

Mbak Rani memintaku untuk duduk di sofa, Mbak Rani membuka kakiku dan menjilati batang penisku hingga basah dengan air liurnya. Setelah beberapa saat, Mbak Rani mengangkangi pinggangku dan menuntun masuk penisku menuju vaginanya. Penisku perlahan tapi pasti hilang ditelan vagina Mbak Rani , Mbak Rani menaik turunkan tubuhnya dan sesekali memutar pantatnya dan aku menghisap, meremas remas kedua payudaranya.

“Ouuhh.. Della .. Enak banget sayang.. Yess.. Yess.. Della .. Dorong sayang.. Dorong yang kenceng..” desah Mbak Rani setengah menjerit tertahan sewaktu aku mengocok penisku di vaginanya dengan cepat dan keras.

Mbak Rani terus memompa tubuhnya naik turun dan sesekali memutar pantatnya, payudaranya bergoyang tak menentu, tubuhnya bertumpu pada tangannya yang mencengkeram pahaku.

Rambutnya yang panjang sesekali menggelitik dadaku pada saat Mbak Rani menundukkan kepala dan menggelitik pahaku waktu Mbak Rani menengadahkan kepalanya kebelakang. Aku menggendong Mbak Rani dan merebahkannya diatas karpet dan kupompa tubuhnya dengan cepat.

“Ouhh.. Della .. Yes yes.. Ouh.. Mmpphh.. Mmpphh.. Yess.. Kenceng sayang yang kenceng say.. Aku sudah mau.. Keluarr..” Mbak Rani mendesah panjang, tubuhnya menegang dan bergetar dan penisku terasa dibasahi oleh cairan kehangatan Mbak Rani.

Hal ini membuatku semakin terangsang dan terus memompa tubuh Mbak Rani. Setelah beberapa lama aku berdiri dan menarik Mbak Rani agar berlutut, kukocok penisku dihadapannya sementara Mbak Rani memegang pahaku dan sesekali menjilati terkadang menghisap kepala penisku.

Aku terus mengocok di hadapan wajahnya dan tanpa sengaja aku melihat pintu dapur yang sedikit terbuka dan tampak Bi Inah sedang berdiri dibalik pintu mengintip perbuatanku dengan majikannya. Aku terus mengocok dan memasukan penisku ke mulut Mbak Rani minta dijilat atau dihisap.

“Ouuhh.. Mbaakk.. Yes.. terus Mbak.. Isep terus.. Yess.. Ouh.. Bentar lagi Mbak.. Bentar lagi.. Aku mauu.. ahh..” desahku panjang bersamaan dengan keluarnya airmaniku dan mengenai wajah Mbak Rani serta sebagian menetes ke payudaranya.

Mbak Rani menjilat dan menghisap sisa sisa air maniku. Aku dan Mbak Rani berciuman. Kami berdua membereskan pakaian yang berantakan di ruang TV dan menuju kamar. Aku langsung tertidur sambil memeluk Mbak Rani . Esok harinya Mbak Rani membangunkan aku dan berpesan agar aku jangan pulang dulu sebelum Mbak Rani pulang.

“Jangan pulang dulu ya Della , sebelum aku dateng.”

“Memang Mbak mau kemana?”

“Aku mau ke bank dulu terus mau studio dulu ada yang mau aku urus, kalau mau sarapan minta siapin Bi Inah aja ya.”

Mbak Rani mencium Bibirku dan pergi meninggalkan kamar. Terdengar suara Mbak Rani meminta Bi Inah agar menyiapkan sarapan buatku. Tak lama kemudian terdengar suara mobil Mbak Rani  meninggalkan rumah.

Aku bangun dan berjalan keluar kamar dan mencari Bi Inah dan ternyata Bi Inah sedang mandi. Kamar mandi Bi Inah terletak di belakang rumah dan diatasnya terdapat lubang angin yang cukup besar.

Aku mengambil kursi dan mengintip Bi Inah yang sedang mandi. Bi Inah umurnya hampir sama dengan Mbak Rani sekitar 39 tahun. Tubuh Bi Inah lebih kurus dibanding dengan majikannya tingginya sekitar 165cm, kulitnya sawo matang, wajahnya biasa tapi manis tipikal orang Jawa Tengah.

Aku mengintip melalui lubang angin diatas pintu tampak Bi Inah sedang menyabuni tubuhnya dan meremas remas payudaranya yang berukuran 34 secara bergantian, tampak bulu bulu lebat di vaginanya. Penisku kembali tegang melihat pemandangan itu.

Ketika Bi Inah mengambil handuk, aku langsung buru buru masuk ke dalam rumah dan duduk menonton acara TV. Tak lama kemudian Bi Inah masuk dengan rok terusan panjang semata kaki berwarna biru muda memetakan bentuk tubuhnya dan rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan tergerai lepas.

“Eh Kak Della sudah bangun, mau sarapan Den?”

“Mau dong.. Laper nih, masak apa Bi? Habis mandi ya Bi Inah?” Bi Inah mengangguk, aku berdiri menuju meja makan, sementara penisku yang berdiri tegang tampak jelas tercetak dibalik celana pendekku karena aku memang sengaja tidak mengenakan celana dalam.

“Bibi masak nasi goreng sama telor ceplok setengah mateng nih.”

Aku sengaja berdiri disamping Bi Inah dan melihat makanan apa yang disediakan olehnya sehingga tanpa sengaja penisku menyenggol pinggulnya. Bi Inah hanya diam dan tak bereaksi lalu kusengaja kugesekan penisku di pinggulnya terdengar nafasnya mulai tak beraturan. Lalu aku duduk dan mulai makan. Tak lama kemudian Bi Inah datang membawa minuman.

“Ini minumnya, sama tadi ibu suruh Bibi untuk kasih vitamin ini.” sambil memberikan vitaminnya kepadaku.

“Makasih ya, Bi Inah nanti pijitin aku ya, pegel nih badanku.”

“Baik Kak , nanti kalau sudah selesai makan panggil Bibi aja ya.”

“Ehh.. Bibi nggak usah kemana mana, temanin aku ngobrol aja disini, kan nggak enak makan sendirian.”

Aku dan Bi Inah banyak mengobrol, Bi Inah bercerita bahwa suaminya bekerja di perkebunan daerah Sumatra dan pulang hanya dua tahun sekali.

Selesai makan Bi Inah membereskan meja makan dan sekalian membersihkan ruangan. Aku menyalakan TV dan memutar film yang ada di rak dvd yang ada disamping TV. Film yang aku putar tergolong kategori X2 sehingga banyak menampilkan adegan adegan panas yang tidak terlalu vulgar seperti dalam film kategori X3.

Aku menonton film sambil berbaring disofa dan penisku yang tegang akibat melihat adegan panas di film mencetak bentuk penisku di celana bicycle pants yang aku pakai. Bi Inah membersihkan karpet diruangan itu sambil sesekali melihat adegan di film dan melirik ke arah penisku. Setelah selesai membersihkan rumah, Bi Inah menanyakan apakah aku jadi dipijat atau tidak. Aku mengangguk mengiyakan.

“Bentar ya Kak Della , Bibi mau cuci tangan dulu ama ambil cream pijitnya ibu.”

“Ya Bi.. Disini aja sambil nonton TV.”

“Ya Kak , disofa saja, Ibu juga kalau dipijit suka disofa koq.”

Bi Inah masuk kekamar Mbak Rani dan mengambil sebotol cream juga selembar sprei untuk melapisi kain sofa dan selembar handuk. Aku membuka bajuku dan Bi Inah mulai memijat punggungku, setelah selesai memijat punggungku Bi Inah mulai memijat kakiku.

“Kak Della celana pendeknya dibuka aja ya, biar nggak kena cream, soalnya kalau kena cream, susah hilangnya kalau dicuci.”

“Nggak ah. Malu kan.”

“Ndak pa pa koq, kan nanti ditutupin pake handuk.”

“Iya deh.” sambil melepas celana pendekku dan mengenakan handuk yang diberikan oleh Bi Inah, lalu aku langsung kembali tengkurap di sofa.

Bi Inah mulai memijat telapak kedua kakiku. Setelah telapak kaki dan betisku Bi Inah mulai memijat paha kananku dan sesekali jari jarinya menyerempet buah zakarku, selesai dengan yang kanan Bi Inah mulai memijat paha sebelah kiri.

“Balik badan dong Kak Della , sekarang dadanya Bibi pijitin ya.”

Aku membalikkan tubuh terlentang, handuk di pinggangku sedikit terbuka. Bi Inah menggeser tanganku diatas pangkuannya agar dia lebih leluasa memijat dadaku. Bi Inah memijat dadaku sementara aku mengelus elus punggung Bi Inah dan Bi Inah tidak bereaksi hanya tersenyum manis.

“Bi.. Kakiku pijit lagi ya, masih pegel nih.”

“Sebentar ya Kak Della , dikit lagi nih tinggal perutnya.” sambil memijat perutku sesekali tangannya menyenggol penisku yang sudah tegang dari tadi.

Selesai memijat perutku Bi Inah mulai memijat pahaku lagi dan kubiarkan handukku terbuka sehingga memperlihatkan penisku yang sudah tegang. Aku pura pura tidur, kuintip Bi Inah yang sesekali melihat penisku.

Selesai dengan kakiku Bi Inah menarik tangan kiriku untuk dipijat, waktu Bi Inah memijat tanganku posisi telapakku persis di depan payudaranya dan dengan sengaja kugerakkan tanganku sehingga menyenggol payudaranya. Demikian juga pada saat Bi Inah memijat tangan kananku.

Kuberanikan meraba payudaranya dan mengelusnya dari luar pakaiannya.

“Kak Della , jangan dong.” setengah menolak tapi tidak berusaha menyingkirkan tanganku dari payudaranya. Aku terus memberanikan diri meremas remas kedua payudaranya.

“Ssshh.. Kak Della .. Mmm..” dia mendesah, aku duduk dan menarik tangannya ke arah penisku. Bi Inah hanya meremas remas penisku.

“Bi Inah, jangan diremes gitu dong kan sakit.”

“Maaf Kak , abis Bibi gemes sih.” Bi Inah merubah remasan tangannya menjadi kocokan yang lembut di batang penisku. Aku mencium Bibirnya dan Bi Inah membalas ciumanku, aku mulai meraba pahanya dan mengangkat roknya.

“Ouuhh.. Kak Della .. Mmm.. Sss..” desahnya pelan.

Aku meraba celana dalamnya yang sudah basah karena sudah terangsang dan kuselipkan jariku ke dalamnya. Kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan kukocok vaginanya dengan jariku. Aku merebahkan Bi Inah disofa, aku berlutut disampingnya sambil meremas remas payudaranya dan berciuman dengannya.

“Euh.. Euh Kak .. Kak Della .. Bibi mau pipis Kak .. Ah.. Kak Della .. Ahh..” desahnya panjang, vaginanya terasa berdenyut dan kakinya menegang serta tangannya memegang erat tubuhku.

“Bi Inah lega?” tanyaku sambil terus memainkan jariku didalam vaginanya sementara tangan Bi Inah kembali mengelus dan mengocok batang penisku. Kusodorkan penisku ke arah mulutnya.

“Isep Bi, jilat penisku.. Ouh.. Yes.. Euh.. Euh..” desahku ketika Bi Inah mulai memasukan batang penisku ke dalam mulutnya dan lidahnya menjilati batangnya.

“Kak Della gede amat sih penisnya, bibi sudah lama nggak ngerasain ini.” sambil kembali menghisap dan menjilati batang penisku. Bi Inah menghisap sambil mengocok penisku dengan tangannya.

“Ouh.. Bi Inah.. terus Bi.. Ahh. Enak Bi.. Lagi Bi Inah.. Isep.. Kocok Bi.. Enakk.. Ahh”

Desahku menikmati hisapan, permainan lidah serta tangannya di batang penisku. Kepalanya bergoyang tak beraturan kekiri kekanan, rambutnya yang panjang bergoyang tak beraturan.

“Ouh.. Bi Inahh.. terus Bi.. Enak Bi.. Aaahh..” desahku panjang dan muncratlah air maniku didalam mulut Bi Inah. Bi Inah membuka mulutnya sehingga air maniku bertumpahan diatas kain penutup sofa.

“Kak Della koq enggak ngomong sih kalau mau keluar, jadi ketelen sedikit deh pejunya.”

“Maaf Bi, aku nggak sengaja, habis Bi Inah enak sih ngisep penisku.”

Bi Inah mengambil tissue diatas meja dan membersihkan sisa air maniku. Aku mencium bibir Bi Inah dan membuka rok terusan yang dipakainya dan selanjutnya BH dan celana dalamnya. Bi Inah sudah telanjang dihadapanku.

Payudaranya masih kencang dan putingnya berwarna coklat tua menantang untuk dihisap. Bi Inah duduk disampingku dan mulai mengocok penisku, kuremas remas payudaranya dan kuhisap putingnya, Bi Inah mendesah tak karuan sementara tangannya terus mengocok penisku yang sudah tegang kembali.

Kutarik kepala Bi Inah agar menghisap lagi penisku, setelah Bi Inah membuat basah penisku kurebahkan Bi Inah diatas karpet lalu kurentangkan kedua kakinya dan kugesekan penisku di vaginanya sambil kumainkan klitorisnya dengan ibu jariku.

“Uuuhh.. Kak Della .. Masukin penisnya.. Masukin Kak .. Bibi sudah nggak tahan nih..” desahnya dan tangannya mencoba menarik penisku agar dimasukkan ke dalam vaginanya tapi tidak kubiarkan dia memegang penisku. Kubiarkan dirinya memohon dan memintaku agar segera memasukan penisku ke liang kehangatannya.

“Kak .. Masukin dong.. Ooohh.. Masukin ke vaginaku dong.. Jangan digesek terus.. Kak Della ..” Bi Inah setengah berteriak ketika aku mendorong masuk penisku dengan tiba tiba. Aku terus mengocok vaginanya dengan penisku, setelah beberapa lama.

“Ohh.. Kak .. Aahh.. terus Kak .. Bibi mau dapet lagi.. Iyaa.. Ohh.. Kak kocok yang keras.. Bibi mau dapet lagi.. Ahh.. Aahh.. Bibi dapet Kak .. ahh..” desah Bi Inah dan vaginanya terasa lebih basah karena cairan kenikmatannya membanjiri vaginanya. Aku terus menggenjot tubuhnya lalu kuputar tubuhnya sehingga posisi tubuh Bi Inah tengkurap dan aku menindih tubuhnya dari belakang.

“Kak Della .. Ouh ouh.. Enak Kak .. Enakk.. Euh euh.. terus Kak .. Kak Della .. Mpphh.. Kak Della .. Bibi mau dapet lagi.. ahh..” Bi Inah mendesah panjang dan terasa vaginanya berdenyut kencang. Hal ini membuat penisku terasa lebih dijepit, aku terus memompa vagina Bi Inah.

“Ouh.. Ouh Kak .. terus Kak .. Enak banget.. Dorong Kak .. Yang dalem Kak .. Ouh.. Kak ”

“Ouh Bi Inah.. Aku mau keluar Bi.. Mau keluar..”

“Bareng Kak .. Kak Della .. Bareng Kak .. Bibi juga sudah mau lagi..”

“Iya Bi.. Kita keluar bareng ya.. Bi Innaahh.. Aahh.. Ouhh.. Ouhh..”

“Tahan Bi.. Bi Inah tahan.. Bentar lagi Bi.. Aku sudah mau keluar..” aku terus memompa tubuhnya sementara Bi Inah mencengkeram kaki meja dengan kencang dan kepala bergoyang tak beraturan.

“Kak Della .. Bibi sudah nggak kuat.. ahh.. Ayo Kak .. keluar bareng Kak Della ..”

“Bi aku mau keluar.. Sekarang Bi..”

“Ouh Kak .. Enak Kak .. Bibi enak Kak .. Keluarin Kak .. Keluarin pejunya di vagina bibi Kak .. Ouh.. Anget Kak .. Peju Kak Della anget.. Jangan dicabut dulu Kak penisnya.. Ouh ouh.. Kak Della.. Enak Kak ..”

Lalu kucabut penisku dan dilapnya penisku oleh Bi Inah. Bi Inah mencium penisku dan menghisapnya sebentar dan membiarkanku istirahat.

“Makasih ya Bi Inah, vagina bibi enak banget.”

“Sama Ibu enak mana?” aku hanya tersenyum.

“Sama enaknya koq Bi.. Tadi malam Bibi ngintip ya?”

“Lho koq Kak Della tahu?” wajahnya menunjukan keterkejutannya.

“Aku liat koq Bi Inah ngintip dari pintu dapur.”

“iya Kak .. Maaf ya.. Abis tadi malem bibi nggak bisa tidur.. Pas mau nonton TV, eh liat Kak Della  lagi diisepin ama Ibu.”

“Jadi bibi lama dong ngintip aku ama ibu lagi ‘main’?”

“Iya.. Makanya bibi jadi nafsu banget tadi malem, apalagi waktu Kak Della ngocok depan muka ibu..”

Bi Inah memakaikan celanaku dan membereskan pakaiannya lalu dia berjalan ke belakang. Terdengar suara air dibelakang, rupanya Bi Inah sedang membersihkan badan. Aku segera mandi dan berganti pakaian. Selesai mandi Bi Inah sudah mengenakan pakaiannya kembali, rambutnya yang panjang digelung ke atas dan sedang menyiapkan makan siang.

“Makasih ya Bi Inah.” sambil kupeluk dari belakang dan kuremas peyudaranya dan kucium lehernya.

“Iya Kak , sama sama. Bibi sudah lama nggak kayak tadi, jangan bilang Ibu ya, nanti Ibu marah sama saya.” sambil menggelendot manja padaku.

Aku mengangguk dan menciumnya sekali lagi. Tubuhnya wangi sabun dan rambutnya digelung ke atas sehingga menampakan lehernya yang bersih. Bi Inah memang selalu merawat tubuhnya. Hanya nasib yang membedakan Bi Inah dengan Mbak Rani.

Menurutku jika Bi Inah dandan dan mengenakan baju mahal, dia tidak tampak seperti pelayan. Menjelang sore Mbak Rani datang dan membangunkan aku yag tertidur di depan TV. Aku segera mandi dan keluar kamar mandi hanya mengenakan handuk.

Mbak Rani hanya mengenakan daster pendek dan sedang membereskan lemari pakaiannya. Kupeluk Mbak Rani dari belakang dan kuciumi lehernya yang putih sambil kuremas remas kedua payudaranya yang tidak mengenakan bra.

“Ouuhh.. Della .. Sshh.. Mmm.. Terus.. Say.. Ouh.. Sshh.. Mmpphh..”

Tangan Mbak Rani menarik handukku, memegang penisku dan mengelus elus penisku yang sudah tegang. Kudorong tubuhnya menghadap tembok lalu kuangkat dasternya dan kuciumi serta kujilati pantatnya sambil kutarik turun CD-nya.

Mbak Rani membalik tubuhnya, kujilati serta kuciumi bulu tipis dibawah perutnya sementara ibu jariku memainkan klitorisnya dan jari tengahku bermain didalam vaginanya. Mbak Rani mendesah tak karuan dan mendorong kepalaku agar menjilati vaginanya.

Setelah kujilati beberapa lama tubuhnya menegang, tangannya menekan kepalaku dan Mbak Rani  mendesah sedikit berteriak menikmati orgasmenya. Aku duduk disofa dan Mbak Rani menghisap penisku tiba tiba Bi Inah membuka pintu dan masuk membawa pakaian Mbak Rani, tampak kaget dan menjatuhkan pakaiannya kelantai.

“I.. Ibu?” dengan nada terkejut.

“Sini Bi..”

Bi Inah duduk disamping Mbak Rani.

“Maaf bu, saya ndak tahu kalau ibu..” sambil menundukan kepala.

“Ya sudah ndak pa pa koq Bi. Tapi lain kali ketok pintu dulu ya.”

Mbak Rani memegang dan membimbing tangan Bi Inah ke penisku. Bi Inah tampak malu.

“Sudah Bi, ndak usah malu. Ayo sini.” Mbak Rani sambil menarik Bi Inah menggantikan posisinya dihadapanku. Tangan Bi Inah mengelus penisku dan Mbak Rani memeluknya dari belakang. Bi Inah tersenyum melihatku dan mulai mengocok penisku, Mbak Rani membuka baju Bi Inah. Bi Inah hanya mengenakan bra dan CD saja, Mbak Rani memegang penisku dan tangannya yang satu lagi menarik kepala Bi Inah agar menghisap penisku.

“Ouh. Bi. Oh. Yeess.. Jilat Bi.. Ouh. Ouh. Aahh.” Bi Inah menjilati dan mengulum penisku, Mbak Rani meremas remas payudara Bi Inah dan membuka bra-nya.

“Terus jilat penis Della Bi, isep Bi.” Bi Inah mengikuti semua perkataan majikannya. Bi Inah mengulum penisku, Mbak Rani meremas payudara Bi Inah, menciumi tubuhnya dan menelanjanginya. Bi Inah dan Mbak Rani bergantian menghisap dan menjilati penisku.
Kuraih tubuh Bi Inah, kududukan dia diatas sofa, kucium bibirnya, lehernya, kuremas payudaranya dan kuhisap putingnya bergantian. Mbak Rani disebelahnya juga meremas payudara Bi Inah dan memainkan klitoris dan vaginanya sendiri.

Aku lalu menjilati vagina Bi Inah dan Mbak Rani bergantian. Kedua tanganku memainkan vagina mereka. Terkadang kuhisap puting payudara Mbak Rani dan Bi Inah bergantian.

“Ouh Della . Yes. Isep say.. Isep putingku.. Ouh..”

“Kak .. Kocok vagina bibi.. Aahh.. Enak Kak .. Uh uhh..”

Mereka mendesah tak karuan dan Bi Inah menarik kepalaku agar menjilati vaginanya.

“Oh oh.. Kak .. Jilat Kak . Jilat vagina bibi.. Bibi mau dapet.. Ah..” tubuhnya menegang dan vaginanya berdenyut, Bi Inah mencapai orgasmenya yag pertama lalu aku menjilati vagina Mbak Rani.

“Ouh Della .. Mphh.. Mmpphh. Jilat say.. Jilat klentitku. Isep say.. Aah.. Della .” tubuh Mbak Rani  menegang dan bergetar, kedua kakinya menjepit kepalaku, tak berapa lama jepitannya mengendur.

“Ayo Della .. Entot aku sayang. Aku sudah nggak tahan nih..”

“Iya Kak .. Bibi juga mau rasain penis Kak Della ..”

Aku merebahkan mereka berdua diatas kasur, kugesekan penisku divagina Mbak Rani. Bi Inah meremas payudara Mbak Rani dan sesekali menghisap putingnya.

“Uh.. uh.. Della . Masukin sayang.. Ouh.. Ouh. Isep Bi.. Isep tetekku.. Della ..” tubuh Mbak Rani  melengkung ketika aku memasukan penisku hingga mentok ke dinding rahimnya.

“Della .. Ahh terus sayang.. Yang kenceng. Ahh. Aahh.. Bii Inaahh.. Isep..”

Mbak Rani mendesah tak karuan, tangannya memegang kepala Bi Inah di payudaranya dan tangannya satu lagi memainkan klitorisnya sendiri. Aku terus memompa Mbak Rani sambil memainkan vagina Bi Inah dengan dua jariku. Aku kocok vaginanya dan ibu jariku memainkan klitorisnya.

“Ouh Kak .. Enak Kak .. Mmpphh mmpphh.. Terus Kak ..” Bi Inah mendesah dan rambutnya yang disanggul ditarik lepas oleh Mbak Rani.

“Ouh Mbak. Yess.. Aku mau keluar Mbak.. Aku mau keluar.. Mbak Rani .. Ouh.. Yess..”

“Della .. Bareng Della .. Aku sudah diujung nih.. Bi isep terus.. Ouhh.. Yess.. Aahh.” tubuh Mbak Rani  bergetar, kakinya menjepit pinggulku, vaginanya terasa berdenyut dan membasahi vaginanya. Penisku terasa lebih dijepit vaginanya.

Terus kugenjot tubuh Mbak Rani dan kuputar tubuhnya sehingga membuat posisi doggy style, kutarik tubuh Bi Inah dan kucium bibirnya sambil terus kugenjot tubuh Mbak Rani.

“Terus Della .. Keras Della .. Lebih kenceng say.. Aku mau keluar lagi.. Yeess.” desahnya dan tangannya mencengkeram sprei, kepalanya bergerak tak beraturan. Aku terus berciuman dengan Bi Inah dan tangan Bi Inah memijat buah zakarku menambah kenikmatanku.

Aku rebahkan Mbak Rani dan kakinya kuletakan dipundakku, kupompa tubuh Mbak Rani dengan keras.

“Ouhh.. Della .. Terus say.. Aahh.. Aku mau dapett.. Della .. terus say.. terus Della .. Ahh ahh.. Ouhh ouuhh.. Yeess..”

“Uh uh Mbak Ammyy.. AaARRGGHH.. AH AAHhh.” aku mendesah panjang berbarengan dengan Mbak Rani juga tumpahnya air maniku di vagina Mbak Rani.

Aku merebahkan diri disampingnya. Kucium bibirnya lembut. Aku menarik tubuh Bi Inah agar mengangkangi mukaku dan kujilat vaginanya serta kuhisap hisap klitorisnya. Bi Inah mendesah dan mengerang keenakan, rambutku dijambaknya agar terus menjilati vaginanya.
“Jilat Kak .. Isep klitoris bibi.. Ouh uh Kak .. Bibi mau dapet..”

Bi Inah menggoyang pantatnya, vaginanya terasa basah dan kuhisap cairan yang menetes dari vaginanya. Kurebahkan Bi Inah disamping Mbak Rani dan kumasukan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah.

“Ouhh Kak Della .. Enak Kak .. terus Kak .. Ouh ah ah ah.. Kak Della .” aku terus menggenjot vaginanya dan kuputar pinggulku. Aku miringkan tubuhnya dan kuangkat kakinya satu kepundakku. Setelah beberapa lama kuputar tubuhnya dan kuangkat pantatnya sehingga Bi Inah dalam posisi tengkurap dan pantatnya menungging lalu kumasukan panisku ketubuhnya.

“Ouh Kak .. Enak Kak .. Enak banget.. Oh oh.. Bibi mau dapet Kak .. Bibi mau dapet lagi.. Ayo Kak  keluar bareng.. Ouh ouh..”

Bi Inah mencengkeram pinggir tempat tidur, Mbak Rani terus meremas remas payudara Bi Inah dan sesekali mencium bibirnya.

“Ayoo Kak .. Bibi sudah nggak kuatt.. Aahh aahh.. Kak .. Cepett.. Bibi sudah nggak tahann..” desahnya berbarengan dengan denyut vaginanya dan terasa basah, rupanya Bi Inah mencapai orgasmenya lebih dulu. Aku terus memompa vaginanya.

“Bibii.. Aahh aahh.. Aku mau keluar.. Bi Inahh.. Aahh..” aku cabut penisku dan kukocok penisku, Mbak Rani memutar tubuh Bi Inah agar terlentang dan mencium bibirnya serta meremas payudaranya dan aku menyaksikan adegan ciuman antara Bi Inah dan Mbak Rani. Aku genjot kembali tubuh Bi Inah.

“Bi Inahh.. Oouuhh..” desahku dan tumpahlah air maniku didalam vagina Bi Inah, kucabut penisku lalu Mbak Rani dan Bi Inah bergantian mengulum penisku membersihkan mengharapkan sisa sisa air maniku. Aku mencium Mbak Rani dan merebahkan diriku diatas tubuh Bi Inah.

“Makasih ya Bi, vagina bibi enak banget.”

“Iya Kak , penis Kak Della gede pas di vagina bibi.” lalu aku memeluk Mbak Rani dan mencium lembut bibirnya.

“Makasih ya Mbak.”

“Iya Della sama sama, kamu sudah ngasih Mbak kepuasan.” sambil memelukku dan mencium keningku.

Aku sempat melakukannya sekali lagi dengan Mbak Rani dikamar mandi. Kemudian aku memesan taksi dan berpamitan untuk pulang. Demikianlah kisahku yang lain dengan Mbak Rani.
Sarangsex, Cerita Dewasa, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa 2017, Kumpulan Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Sex Terbaru, Cerita Sex 2017, Kumpulan Cerita Sex, Kumpulan Cerita Sex Dewasa, www.

Artikel Terkait

Cerita Dewasa Aku Di Service Dua Cewek
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email